Nusantaraaktual.com – Penulis novel “The Satanic Verses” (Ayat-ayat Setan), Salman Rushdie ditikam di leher dan perut saat berada di sebuah panggung di sebuah acara di New York pada Jumat (12/8/2022). Rushdie (75 tahun) langsung dilarikam ke rumah sakit untuk menjalani operasi.
Agennya, Andrew Wylie, mengatakan penulis menggunakan ventilator sejak Jumat (12/8/2022) malam. Dikatakan rusak, saraf terputus di lengan dan mata yang kemungkinan besar akan hilang.
Polisi penyerangan adalah Hadi Matar (24 tahun) dari Fairview, New Jersey. Dia ditangkap di tempat kejadian dan sedang menunggu tuduhan. Matar lahir satu dekade setelah “The Satanic Verses” diterbitkan.
“Motif serangan itu tidak jelas,” kata polisi negara bagian Walikota Eugene Staniszewski.
Koresponden Associated Press menyaksikan penyerang mendekati Rushdie di atas panggung saat ia hendak memberikan kuliah umumm di Chautauqua Institution. Menurutnya, penyerang meninju atau menikamnya 10 hingga 15 kali. Penulis menulis sampi jatuh ke lantai, dan pria itu ditangkap.
Dr Martin Haskell, seorang dokter yang termasuk di antara mereka yang bertanya untuk membantu. Ia mengatan luka Rushdie serius tetapi dapat diterapkan. Moderator acara Henry Reese (73 tahun) salah satu pendiri organisasi yang menawarkan residensi kepada penulis yang menghadapi, juga diserang.
Reese menderita cedera wajah dan perawatan dan dibebaskan dari rumah. Dia dan Rushdie membahas Amerika Serikat sebagai tempat perlindungan bagi para penulis dan seniman lain di pengasingan.
Novel Rushdie tahun 1988 dipandang sebagai penghujatan oleh banyak Muslim yang melihat karakter sebagai berkaitan dengan Nabi Muhammad. Di seluruh dunia Muslim, protes yang meledak meledak terhadap Rushdie, yang lahir di India dari keluarga Muslim.
Sedikitnya 45 orang tewas dalam terkait buku tersebut, termasuk 12 orang di kota kelahiran Rushdie, Mumbai. Pada 1991, seorang penerjemah Jepang dari buku itu ditikam sampai mati dan seorang penerjemah Italia selamat dari serangan pisau. Pada 1993, penerbit buku Norwegia ditembak tiga kali dan selamat.
Buku itu dilarang di Iran, di mana mendiang pemimpin Ayatollah Agung Ruhollah Khomeini mengeluarkan fatwa 1989, atau dekrit, yang menilai kematian Rushdie. Khomeini meninggal pada tahun yang sama.