Nusantaraaktual.com, Kupang – Suara-suara indah para peserta paduan suara campuran dewasa (PSCD) menggema di Aula Eltari Kantor Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Sabtu 29 Oktober 2022. Setiap tim menampilkan paduan yang terindah untuk dinikmati umat dalam Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) Katolik Nasional II.
Sebanyak 18 tim menampilkan kehebatannya pada hari pertama Pesparani untuk kategori PSCD. Ada beberapa daerah yang dinyatakan gugur karena setelah dipanggil tiga kali tetapi tidak hadir di lokasi lomba, meski sudah mengambil nomor undi dalam pertemuan teknis sehari sebelumnya.
Semua kelompok paduan suara yang tampil membawakan lagu wajib berjudul “Salvator Mundi” dengan nada dasar Do = C, karya Giovanni Pierluigi da Palestrina. Dia seorang komponis Italia dari masa akhir masa Renaissance. Giovanni Pierluigi da Palestrina lahir di Palestrina, dekat Roma, pada 1525 dan wafat pada 2 Februari 1594.
Sementara untuk lagu pilihan, sebagian besar peserta membawakan lagu berjudul “Gereja Bagai Bahtera” karya Martin G. Schneider dan penata suara Ujung Simbolon dengan nada dasar La = C. Lagu pilihan lain yang cukup digemari peserta Pesparani kali ini adalah “Tuhan Kami Tidak Pantas” karya Natalis Natalianto dengan nada dasar Do = G. Selain itu masih ada lagu “Tuhan Janganlah Menghukum Aku” karya Ernest Marianto dengan nada dasar Do = G dan “Ketika Badai Menerjang” karya A Sudarsono.
Pada babak penyisihan ini, hampir semua peserta tampil bagus dan menawan. Namun Peserta nomor undian 16 (Sulawesi Utara) tampil menggelegar, terutama untuk lagu pilihan “Tuhan Kami Tidak Pantas”.
Suara yang lembut dan menggelegar pada bagian akhir, dipadu dengan sedikit koreografi menjelang lagu usai membuat mereka disambut dengan tepuk tangan para pendukung dan umat yang hadir sebelum mereka benar-benar menyelesaikan lagu. Bunyi indah yang dihasilkan dari paduan suara ini juga membuat para penonton merinding.
Kehebatan para peserta PSDC ini dinilai oleh lima orang juri yang sangat berkompeten dalam bidang musik dan paduan suara baik sebagai praktisi maupun akademisi. Mereka adalah Budi Susanto Yohanes, Joseph Kristanto Pantioso, Puji Susilo, Pastor Yohanes Don Bosco Bakok SVD, dan Joanita Theresia Adimurti.
Sementara itu dalam sambutannya sebelum memulai lomba, Ketua Umum Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesparani Katolik Nasional (LP3KN) Adrianus Meliala meminta para peserta lomba untuk memperhatikan tiga hal yaitu sportivitas, totalitas, dan persaudaraan.
Dengan sportivitas, kata Adrianus Meliala, setiap peserta tidak menggunakan cara-cara curang untuk meraih kemenangan. Meskipun cara itu bisa dilakukan. “Kalau kita mau main curang, banyak sekali hal yang bisa kita lakukan. Tetapi kalau kita mau sportif, maka berbagai cara itu tidak kita lakukan,” kata Adrianus Meliala.
Sementara tentang totalitas, Adrianus Meliala meminta para peserta tidak terpengaruh oleh penampilan tim lain. “Kalau ada peserta sebelumnya tampil bagus, peserta berikutnya tidak usah berkecil hati. Kita mengerahkan segala kemampuan untuk memberi kontribusi terbaik bagi acara ini dan memberikan yang terbaik bagi daerah yang telah mengirimkan kita,” tegasnya.
Terkait persaudaraan, Adrianus Meliala menekankan bahwa setelah berlomba dan mengeluarkan seluruh kemampuan, tetapi belum menjadi juara, maka semua peserta tetaplah bersaudara satu sama lain. “Setelah kita bertanding, berlomba, pada saatnya nanti semua harus kembali pada konteks bahwa kita adalah saudara,” tutup Adrianus Meliala.