Nusantaraaktual.com, Jakarta – Saat ini, kebudayaan Batak Toba telah mengalami banyak perubahan dan mendesak untuk dilestarikan/direvitalisasi. Sejumlah produk/kebudayaan Batak Toba mulai ditinggalkan dan banyak yang hilang. Pengguna bahasa Batak Toba semakin menurun ditandai dengan keengganan dan/atau ketidaktahuan generasi milenial Batak menggunakan Bahasa Batak, terutama mereka yang tinggal di kawasan Danau Toba, tempat asal-usul masyarakat Batak, begitu juga mereka yang di diaspora di dalam dan luar negeri. Demikian pula halnya penggunaan aksara Batak. Sebagian besar atau dapat dikatakan amatlah sedikit orang Batak (dibandingkan dengan jumlah populasi masyarakat Batak Toba di seluruh dunia) yang dapat membaca dan menulis aksara Batak.
Berbagai situasi, permasalahan, dan tantangan di atas menjadi perhatian khusus BATAK CENTER. Hal ini terlihat dari visi dan misi BATAK CENTER yaitu menggali dan mengaktualisasikan nilai-nilai luhur habatakon sebagai unsur nilai Pancasila dan mengimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; menghimpun, melestarikan, dan mengembangkan hasil karya, warisan budaya Batak maupun lingkungan hidup sebagai sarana edukasi dan penguatan jatidiri bangsa; meningkatkan pengetahuan dan apresiasi budaya Batak serta merayakan warisan Batak melalui program, pelayanan, dan sumber daya yang dimiliki; memberdayakan masyarakat dan memajukan kebudayaan Batak di tengah peradaban dunia sehingga berkontribusi lebih baik untuk kesejahteraan masyarakat, bangsa, dan negara. Hal ini juga sesuai dengan salah satu tujuan
BATAK CENTER yaitu menjadikan sumber daya manusia Batak Raya (semua puak-puak Batak) yang unggul, aspiratif, inspiratif, inovatif dan kreatif.
Bahasa Batak begitu kaya akan puisi, pepatah, dan peribahasa yang kadang-kadang mengandung satu dunia kebijaksanaan tersendiri. Bahasanya sama dari Utara ke Selatan, tapi terbagi dengan jelas dalam berbagai dialek. Kita memiliki budaya sendiri, aksara sendiri, seni bangunan yang tinggi mutunya, yang sepanjang masa tetap membuktikan bahwa kita memiliki nenek-moyang yang cerdas, perkasa dan penuh hikmat. Sistim marga yang berlaku bagi semua komunitas Batak menunjukkan adanya tata negara lama yang bijak. Kita mempunyai hak untuk mendirikan sebuah Perserikatan Batak yang khas, yang dapat membela kepentingankepentingan kita dan melindungi budaya kuno kita (Hans Van Miert, hal 475).
Ungkapan di atas terdengung oleh pemuda Batak di Batavia. Mereka adalah pendiri Jong Batak yang asal usulnya anggota Jong Sumatera Bond berasal dari etnis Batak. Hal itu pada konteks di masa pra kemerdekaan menandakan menguatnya semangat untuk menjaga Bahasa. Bahasa sebagai unsur kebudayaan. Kini berbeda, setelah merdeka, bahkan, sekarang kita sebut era reformasi, tentu kita tetap menjaga dan memajukan kebudayaan kita sendiri. Di tengah tantangan dan kemajuan peradaban yang memerlukan kokohnya budaya.
Batak adalah suku yang memiliki aneka ragam adat istiadatnya dan patut terus menjaga keaslian adat istiadatnya, karena budaya harus terus diaktualisasi dan direvitalisasi. Kebudayaan Batak harus dirawat sehingga tak lapuk oleh zaman. Itulah salah-satu latar belakang munculnya ide/ gagasan para intelektual dan pegiat budaya Batak menggelar kongres kebudayaan yang untuk pertama sekali fokus pada kebudayaan Batak Toba. Dengan harapan akan dilanjutkan dengan kongres-kongres kebudayaan yang fokus pada puak-puak Batak lainnya seperti Simalungun, Angkola/Mandailing, Karo dan Pakpak. Hal ini penting untuk memberikan dampak besar dan dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Kongres I Kebudayaan Batak Toba yang akan dihelat di Museum TB Silalahi Center, tanggal
20-22 Oktober 2022, dengan didahului serangkaian Pra Kongres yang digelar di Tapanuli Utara,
Jerman dan di Jakarta. Pra Kongres pertama sudah terlaksana dengan baik di IAKN Tarutung,
Sabtu, 6 Agustus 2022. Kegiatan ini berlangsung dengan baik dan sukses. Selanjutnya Pra
Kongres dengan tema “Inventarisasi Benda-Benda Budaya Batak di Luar Negeri” diadakan pada
10 Oktober 2022 di Koln, Jerman, dan dituanrumahi oleh diaspora Batak Eropa, khususnya yang
bermukim di Jerman.
Secara khusus kegiatan di Jakarta disebut sebagai BULAN KEBUDAYAAN BATAK dan PRA KONGRES I KEBUDAYAAN BATAK TOBA. Kegiatan ini diwarnai dengan berbagai kegiatan, antara lain perlombaan-perlombaan: 1) Menulis Aksara Batak Toba, 2) Menulis Artikel Berbahasa Batak Toba, 3) Marumpasa, 4) Pidato Berbahasa Batak Toba, 5) Martumba (versi Tiktok) dan 6) Maruninguningan. Perlombaan diadakan dengan menggunakan platform secara digital dan media sosial. Pengumuman juara akan diumumkan pada tanggal 28 September 2022.
Tujuan yang hendak dicapai dari pelaksanaan Bulan Kebudayaan Batak dan Pra Kongres I Kebudayaan Batak Toba di Jakarta adalah:
a. Mengangkat dan mengaktualkan kembali kebudayaan Batak di kalangan generasi muda.
b. Memberi apresiasi terhadap semangat generasi muda dalam merevitalisasi dan mengaktualisasikan kebudayaan Batak Toba.
c. Mengidentifikasi permasalahan dan merumuskan strategi kebijakan dan implementasi kebudayaan Batak Toba.
d. Merumuskan pedoman tata bahasa Batak Toba.
e. Memasyarakatkan paradigma baru tata kelola adat Batak Toba yang essential, efektif dan efisien (3E).
f. Menjaga kebudayaan Batak Toba agar terus tumbuh di tengah interaksi budaya-budaya dunia.
g. Pelaksanaan Pra Kongres ini dapat dijadikan momentum yang monumental sebagai Gebyar HUT Ke-77 Proklamasi Kemerdekaan RI (17 Agustus 1945) dan HUT ke-4 BATAK CENTER (18 Agustus 2018).
BATAK CENTER dipercayakan sebagai pelaksana Pra Kongres I Kebudayaan Batak Toba di Jakarta – yang atas kesepakatan dikolaborasikan dengan Bulan Kebudayaan Batak. Jika Tuhan berkenan/Insha Allah akan dilaksanakan pada tanggal 27 – 28 September 2022. Pra kongres di Jakarta adalah kesempatan bagi banyak orang untuk berkontribusi dalam pengembangan kebudayaan Batak Toba. Masukan-masukan dari berbagai pihak pemangku kepentingan Kebudayaan Batak dalam hubungan keindonesiaan dan masyarakat global dapat diakomodir untuk dibahas secara paripurna dalam forum Kongres. Keputusan tersebut kiranya dapat menjadi dokumen yang dapat dipelajari, dijadikan acuan kebijakan dan diterapkan di tengah masyarakat Batak khususnya para generasi muda yang tinggal di Bona Pasogit dan di Parserakan/Diaspora. Dengan demikian, proses pelestarian, pengembangan dan keberlanjutan warisan budaya Batak Toba dapat terwujud.
Sepanjang bulan Agustus hingga 26 September 2022, akan diadakan serangkaian seminar online (webinar) mengangkat topik kebudayaan Batak, pendidikan nasional dan perempuan yang cerdas dan berhikmat (soripada namalo jala nabisuk). Selanjutnya, pra-kongres akan digelar selama dua hari, Selasa-Rabu, 27-28 September 2022, bertempat di Museum Nasional, Jalan Merdeka Barat, Jakarta. Secara khusus, dalam kegiatan tanggal 27-28 September 2022 akan diadakan studi pengembangan wawasan yang membahas topik-topik berikut: 1) Kebudayaan Batak dalam Pusaran Peradaban Global, 2) Pedoman Tata Bahasa Batak Toba, 3) Paradigma Baru Tata Kelola Adat Batak Toba (3E: Esensial, Efektif dan Efisien), 4) Perempuan Pedesaan dan Ekonomi Kreatif Inklusif. Pada penutupan kegiatan 28 September 2022, akan diadakan pagelaran kebudayaan yang dimeriahkan dengan berbagai penampilan generasi muda dalam mengekspresikan kecintaan kepada kebudayaan Batak.
Kegiatan ini dilaksanakan oleh Panitia yang dipimpin oleh St. Dr. Pontas Sinaga dan Johanes Marbun, S.Sn. M.A. sebagai Ketua dan Sekretaris Panitia Pengarah (SC), Drs. Irjen Pol (Purn) Erwin Lumban Tobing dan Tiomora Sitanggang, S.T, M.M., sebagai Ketua dan Sekretaris Panitia Pelaksana (OC) dalam tanggungjawab Dewan Pengurus Nasional BATAK CENTER yang dipimpin oleh Ketum, Ir. Sintong M. Tampubolon dan Sekjen, Drs. Jerry R. Sirait. Kegiatan ini juga dalam tanggungjawab bersama-sama Panitia Kongres I Kebudayaan Batak Toba di Medan yang diketuai Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S. Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan kecintaan generasi muda Batak Toba yang berdomisili di Bona Pasogit dan Parserakan/ Diaspora di dalam dan luar negeri terhadap seni dan budaya leluhurnya.
BATAK CENTER sebagai lembaga yang concern pada nilai-nilai luhur habatakon, ingin berkontribusi dalam upaya penguatan peran perempuan Batak dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Secara khusus, kegiatan ini, BATAK CENTER melakukan kerja sama
dengan W20. Kegiatan W20 sudah berlangsung 18-21 Juli 2022 lalu di Parapat mengusung tema
“Recover together equally.” Summit W20 tersebut memperkenalkan pada dunia bahwa wanita
Batak itu tangguh dan cukup menginspirasi. Perlu juga diterangkan, Summit W20 adalah bagian
dari rangkaian Group G20 Indonesia Presidency 2022. Tentu bukan kebetulan bahwa Parapat,
Danau Toba juga telah menjadi tempat mengadakan Summit W20.
Untuk itu, pada tanggal 28 September nanti, W20 akan mengambil sesi khusus membahas tentang penguatan kaum perempuan Batak, yang menitikberatkan pada topik “ekonomi kreatif inklusif dan perempuan pedesaan” yang menghadirkan Hadriani Uli Silalahi, Chairwoman of W20 Indonesia yang juga Ketua Bidang Ekonomi dan Hubungan Luar Negeri Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) menjadi narasumber beserta para perempuan Batak lainnya yang inspiratif. Dengan kegiatan BULAN KEBUDAYAAN BATAK dan PRA KONGRES I KEBUDAYAAN BATAK TOBA DI JAKARTA, BATAK CENTER hadir untuk memberi jembatan bagi bestarinya kebudayaan Batak.
Jakarta, 13 Agustus 2022
Panitia Bulan Kebudayaan Batak dan Pra Kongres I Kebudayaan Batak Toba di Jakarta
Ketua: Irjend Pol (Purn) Drs. Erwin T.P. Tobing
Sekretaris: Tiomora Ester Maria Sitanggang, S.T., M.M.
Mengetahui,
Dewan Pengurus Nasional
BATAK CENTER
Ketua Umum: Ir. Sintong M. Tampubolon
Sekretaris Jenderal: Drs. Jerry R. Sirait