Evy Puspitosari, seorang ibu, memutuskan sebuah pilihan yang tidak mudah; masuk ke gelanggang yang berat. Proses perjalanan yang amat panjang hingga akhirnya ia harus bertarung; memasukkan jiwa petarung dari jiwa kasih seorang ibu dari anak-anak.
Aktivis Gereja ke Aktivis Publik
Seperti umat Katolik pada umumnya, Evy Puspitosari mengekspresikan imannya melalui berbagai kegiatan gerejani di lingkup gereja.
Evy mengikuti lokakarya Asian Integral Pastoral Approach yang diselenggarakan di Paroki Santo Damian kurang lebih selama 9 bulan. Dengan menjadi seorang fasilitator kesibukannya dalam pelayanan gereja semakin intens.
Evy juga terlibat dalam Team Komunikasi Sosial (Komsos) Keuskupan Pangkalpinang. Sebagai anggota tim, ia wajib mampu menulis berita. Evy dengan cepat mampu untuk belajar hingga menghasilkan sebuah rilis berita yang sesuai kaidah jurnalistik.
Pada tahun 2017, atas ajakan dari seorang sahabat, ia masuk menjadi anggota Pemuda Katolik melalui proses Mapenta (Masa Penerimaan Anggota).
Di Pemuda Katolik lah aktivitas Evy semakin bertambah terutama pada kegiatan-kegiatan di luar gereja. Evy Puspitosari mulai menjalin kolaborasi kegiatan dengan pemuda-pemudi lintas agama; GP Ansor/ Banser, Fatayat NU, Muslimat NU, Pemuda Kristen GAMKI, Pemuda Hindu, Budha, juga berbagai organisasi kemahasiswaan.
Ia juga mulai mengikuti berbagai audiensi dengan unsur pemerintah, baik eksekutif maupun legisatif. Ia semakin terbiasa bekerjsama dengan berbagai elemen masyarakat di luar gereja.
Evy semakin menyadari tidak banyak umat yang mau menjadi jembatan membangun hubungan yang harmonis antara gereja dan masyarakat. Sebagian besar hubungan hanya terjadi pada acara seremonial atau pada dialog-dialog/ seminar saja. Ia sadar justeru hubungan yang erat terjadi di luar ruang-ruang resmi. Bersama ormas Pemuda Katolik lah akhirnya Evy bisa mengespresikan hubungan lintas iman; baginya itu adalah misi, sebuah panggilan Gereja untuk keluar; mengasihi, membangun relasi yang erat sebagai satu ciptaan Tuhan.
Bersedia Diutus
Sahabat-sahabat Evy di Pemuda Katolik melihat seluruh proses itu sebagai bagian dari proses pendidikan atau diistilahkan pengakaderan. Gereja Katolik telah membuktikan dirinya selalu bersama Republik dalam masa-masa sulit maupun masa kemerdekaan. Gereja tidak pernah apatis terhadap isu-isu politik, sosial, kemasyarakatan. Walau umat Katolik sedikit dari sisi jumlah, namun Gereja Katolik Indonesia sedikitnya telah mempersembahkan 10 pahlawan yang telah resmi dinyatakan Pahlawan Nasional.
Pada akhirnya, setelah melalui proses kaderisasi dan diskusi yang panjang, secara resmi dalam Rapat Kerja Daerah Pemuda Katolik Komisariat Daerah Kepulauan Riau, Evy didukung untuk masuk ke ranah publik sebagai calon anggota legislatif.
Dukungan Pemuda Katolik tidak hanya sebatas kata, melalui jaringan nasional, akhirnya Evy kuat untuk masuk pada partai besar Golkar, pada nomor urut 3 untuk Daerah Pemilihan (Dapil) Nongsa, Sie Beduk, Galang, Bulang. Tentu saja tidak mudah untuk mendapatkan tiket ini.
Bagi Pemuda Katolik, mendukung tidak langsung terkait menang atau kalah. Bagi Pemuda Katolik, semua itu butuh proses, kader itu dipersiapkan, bukan diambil di tengah jalan hanya karena punya logistik, atau di klaim ketika sudah jadi.
Tipikal petarung selalu anti tesa tipikal petelur, dan Pemuda Katolik dengan doa, darah dan keringat pendirinya, para martir Gereja yang adalah petarung terhebat untuk bumi pertiwi yang Bhinneka Tunggal Ika ini, mengajarkan untuk menjadi patriot bagi Gereja dan Bangsa.*