NusantaraAktual.com, Depok – Peace Leader Indonesia bersama SMP Lazuardi dan Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PERGUNU) Kota Depok dengan dukungan Aman Indonesia dan Jirsa mengadakan kegiatan Peace Goes to School bertempat di Sekolah Lazuardi Al-Falah Jalan Margonda Raya No 200, Kota Depok pada Sabtu (20/05). Kegiatan Ini mewujudkan Sekolah Ramah Anak dimana pelajar (baca: siswa) yang hadir dalam kegiatan ini dari 30 sekolah yang ada di Depok dan Bogor.
Peserta berasal dari lintas agama (Islam, Kristen, Katolik, Konghucu) dan suku yang beragam (Jawa, Sunda, Betawi, Batak, Papua, Minang, Tionghoa) yang jumlahnya 50 pelajar.
Kegiatan ini dibuka langsung oleh Kasubag Kantor Kementerian Agama Kota Depok H. Hasan Basri mengatakan pentingnya untuk terus menyuarakan perdamaian sejak dini dan mengapresiasi kegiatan ini agar terus dilakukan secara berkelanjutan agar kehidupan moderasi beragama pada pelajar terus dipupuk dan dibangun sehingga pelajar di Kota Depok menjadi kota yang toleran.
Dalam kegiatan ini hadir sebagai narasumber Dr. Aris Adi Laksono selaku Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Dr. Hj Lilis Fauziah Balqis, Redy Saputro Ketua Nasional Peace Leader Indonesia.
Dr. Aris Adi Laksono mengatakan Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter yang mempelajari tentang pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter merupakan proses kegiatan yang mengarah pada pengembangan budi pekerti, karakter dan keterampilan. Pendidikan karakter ini mengajarkan pandangan mengenai nilai-nilai kehidupan, seperti kepedulian, kejujuran dan nilai moral lainnya ini penting juga mengenalkan pendidikan budaya damai bagi para pelajar.
Sementara itu Dr. Hj Lilis Fauziah Balqis menyampaikan Pendidikan moderasi beragama dimaksudkan untuk menjaga agar praktik ajaran agama tidak terjebak secara ekslusif yang meniadakan wawasan kebangsaan serta moderasi beragama merujuk pada sikap dan upaya menghindari perilaku yang ekstrem (baik ekstrem kanan maupun ekstrem kiri) dan selalu mencari jalan tengah dengan semangat mencari titik temu dari dua kutub dalam beragama tersebut.
Redy Saputro menggali cerita pelajar yang hadir itu dari pengalaman intorelansi dan toleransi yang di alami menuliskannya pengalaman ini secara bergantian dan akhir semua becerita. Redy memberikan kata kunci yang mana menghargai perbedaan agama dan keyakinan orang lain merupakan hal yang sangat penting dalam moderasi beragama.
Hal ini dapat dilakukan dengan tidak merendahkan atau mengolok-olok agama orang lain, serta tidak mengekspresikan keyakinan secara berlebihan yang dapat memicu konflik.
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menarik dan unik semua peserta berperan aktif dan inovatif yang dikemas dengan diskusi dialog dan permainan kreatif dan juga unjuk bakat dengan pantun lagu dan yel-yel dan pada akhir kegiatan ini diadakan deklarasi pelajar Damai, dengan komitmen para pelajar dari 30 sekolah yang hadir untuk selalu berkomitmen dengan NKRI dan terus menjadi pelajar yang berasaskan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika dengan adanya penadatangan petisi secara bersama-sama.
Abdul Hakim mengatakan bahwa, kegiatan tersebut bertujuan terciptanya ekosistem pendidikan yang terbuka, ramah terhadap perempuan, dan keberagaman melalui peran aktif dan bermakna pelajar, meningkatnya informasi, dan pengetahuan bagi siswa mengenai upaya pencegahann intoleransi dan bullying serta terkait konsep Safe School, dan anti bullying, tegas Koordinator Peace Leader Jawa Barat. (Red)