Nusantaraaktual.com – Cuaca buruk, membuat rombongan Direktur Utama Pertamina Patra Niaga dan Anggota DPR RI Deddy Sitorus gagal mendarat di Mansalong, Kabupaten Nunukan. Namun, keluhan warga soal BBM disampaikan melalui video call. Kamis, (14/7/2022)
“Kami mohon maaf, sebenarnya sudah di atas Mansalong. Tapi hujan cukup deras. Sehingga kami memilih landing di Malinau,” ujar Deddy pada Udin Gaharu tokoh masyarakat Mansalong.
Sepanjang pagi hingga petang, cuaca di Kaltara memang tidak bersahabat. Disejumlah lokasi awan tebal menggantung. Disertai hujan dan angin cukup kencang. Begitu pula, kawasan Sungai Ular hingga Malinau.
Rencananya, setelah mengunjungi Krayan, rombongan Pertamina dan Deddy Sitorus akan terbang menuju Sungai Ular hingga Mansalong. Penerbangan ini dimulai dari Nunukan. Menggunakan Helokopter Sikorsky S-76 ++ milik Pelita Air Service.
Pada saat takeoff dari Nunukan, cuaca sudah gerimis. Matahari tak mampu menembus tebalnya awan. Namun, karena sudah terjadwal dan ditunggu warga Mansalong, helikopter tetap terbang, sekitar pukul 13.30. Menggunakan Helikopter Sikorsky S-77 ++.
Menurut Capten Reza Teguh, memasuki Sungai Ular, helikopter sudah di hadang awan tebal. Namun, pilot sempat terbang di atas SPBU di jalan poros. Setelah itu, daratan sudah tidak terlihat lagi. Kendati Capten Reza berupaya menaikan pesawat di ketinggian 2000 sampai 3000 kaki, tetap tidak bisa menghindari awan.
“Lepas Suangi Ular cuaca semakin buruk. Saya cuma bisa menghindari awan,” jelas Reza.
Reza sebenarnya masih berharap cuaca di Mansalong sedikit berubah. Ia pun menurunkan ketinggian ke 1000 kaki. Namun diketinggian minimum itu, jarak pandang juga terbatas.
“Saya berharap bisa melihat halipad. Sehingga bisa mengambil keputusan untuk mendarat. Tapi kondisinya makin parah. Akhirnya saya putuskan pendaratan batal,” jelas Reza.
Itu Reza. Bagaimana dengan penumpang? Kondisi cuaca buruk, menyebabkan ketegangan. Helikopter buatan Amerika itu sempat terhempas ke kiri dan kanan.
Selain itu, di helikopter ini penumpang tidak memungkinkan untuk berkomunikasi. Apalagi dengan pilot. Sebab, seluruh penumpang menggunakan headset peredam suara gemuruh helikopter.
Intercom hanya ada tiga. Pilot, copilot dan mekanik. Saat pembatalan landing di Mansalong, pilot menyampaikannya kepada Alfian Nasution, menggunakan intercom mekanik. Ia menginformasikan, helikopter tidak bisa mendarat di Mansalong.
“Kalau tidak bisa jangan di paksa. Kita cari yang aman saja,” ujar Alfian.
Informasi ini pun diteruskan kepada penumpang lainnya. Caranya dengan menulis kalimat: “kita gak bisa landing, lanjut ke Malinau.”
9 orang penumpang yang ada di helikopter itu pun bagaikan membaca pesan berantai. Mereka kompak mengangkat jempol tanda setuju.
Ida Suryani, istri Deddy Sitorus mengaku tegang bukan kepalang. Ia mengaku penerbangan kali ini memang menegangkan.
“Pokoknya saya berdoa saja. Semoga aman dan segera keluar dari cuaca buruk,” aku ibu tiga anak ini.
Hal yang sama dirasakan Deddy Sitorus. Kendati Ia tahu, ratusan warga Mansalong sudah menunggu di halipad. Mereka ingin berdialog, terutama soal kelangkaan BBM.
“Saya dan teman-teman Direksi Pertamina sudah berusaha bertemu warga di Mansalong. Tapi alam memang tidak bisa dilawan, kami memilih mengalah,” ujarnya Lirih.
Sebagai penebus rasa bersalah, Deddy Sitorus dan Alfian melakukan video call ke telepon selular milik salah satu warga Mansalong sesaat tiba di Malinau. Komunikasi ini terjadi di halaman tower ATC Bandara RA Bessing. Permohonan maaf pun dihaturkan.
Menariknya, saat video call ini beberapa tokoh memanfaatkan kesempatan untuk menyampaikan keluhan soal BBM.
“Mansalong ini daerah lintasan. Banyak kendaraan dari luar beli BBM disini. Sehingga banyak warga setempat tidak kebagian. Untuk itu kami berharap ada penambahan kuota BBM dan pembangunan SPBU baru,” harap Udin Gaharu.
Pertanyaan ini pun dijawab Alfian. Direktur Utama Pertamina Patra Niaga ini menyanggupi permintaan tersebut.
“Kami upayakan penambahan kuota. Termasuk proses izin dan pembangunan SPBU segera dipercepat,” tandasnya.
Mansalong dan sekitarnya termasuk beruntung di banding Krayan misalnya. Distribusi BBM di ibu kota Kecamatan Lumbis ini, distribusi BBM bisa melalui jalur darat. Tinggal kuotanya saja yang ditambah.
Seorang tokoh adat lainnya juga menyampaikan kekhawatirannya. “Jangan sampai Pak Deddy tidak bisa mendarat, SPBU juga tidak jadi di bangun,” kata ketua adat itu.
Mendengar pertanyaan itu, politisi PDI Perjuangan ini tersenyum lebar. “Bapak, biar pun kami tidak bisa mendarat, Pertamina tetap komitmen mengatasi persoalan BBM disana.”
Helikopter memang tidak bisa mendarat. Makanan yang sudah disediakan warga Mansalong pun tidak jadi disantap. Tapi, keinginan mengatasi kelangkaan BBM tetap kuat. Deddy Sitorus sampai mengajak petinggi Pertamina ke ground zero. Tempat BBM sulit didapat. Biar mereka bisa langsung menyaksikan kesulitan rakyat.(*)